Archive

Archive for the ‘UGM’ Category

Mesin penerjemah yang dibuat 11 tahun yang lalu

Gara-gara sebuah obrolan ringan tentang Google Translate di sebuah group FB kemarin, di mana saya nimbrung dengan sedikit cerita tentang proyek skripsi saya tentang machine translation, saya jadi tergelitik untuk mencoba hasil penerjemahan mesin buatan saya itu dengan hasil terjemahan Google Translate 🙂

Skripsi saya ditulis tahun 2002, dan waktu itu belum ada Google Translate, yang ada adalah Babelfish Altavista, sebuah mesin penerjemah yang cukup bagus pada saat itu. Babelfish Altavista itu pulalah yang memberikan inspirasi pada saya untuk memilik topik machine translation untuk skripsi saya. Babelfish Altavista menyediakan banyak pilihan bahasa, namun Bahasa Indonesia tidak termasuk di dalamnya. Jadi, yang terpikir saat itu: mengapa tidak mencoba membuat mesin penerjemah untuk Inggris – Indonesia?

Pada mesin penerjemah yang akhirnya saya buat, ada dua mode yang dapat digunakan: penerjemahan situs dan penerjemahan teks. Pada intinya keduanya sama, yang sedikit berbeda adalah mode penerjemahan situs memiliki fungsi tambahan untuk memilah teks yang berada di antara tag HTML dan lalu mengembalikannya lagi ke dalam tag HTML yang sesuai ketika penerjemahan teks selesai dilakukan.

Ada berbagai hal teknis yang mungkin menarik pula untuk diceritakan, namun sepertinya tidak dalam tulisan ini.

Nah, dalam skripsi saya dulu itu, saya menguji mesin penerjemah saya itu dengan memberikan masukan berupa dua cerita humor pendek berbahasa Inggris. Sekarang sudah ada Google Translate, dan saya penasaran untuk membandingkan hasil terjemahan mesin penerjemah saya dengan hasil terjemahan Google Translate. Berikut ini adalah teks asli, hasil terjemahan Google Translate, dan hasil terjemahan mesin penerjemah saya:

Cerita asli 1:

An old admiral was famous in the navy for his bad temper, so everyone tried hard not to annoy him. One week his ships were going to take part in a big international exercise, so he came on board in the evening, had his dinner and then went to bed. In the morning he had his breakfast early, came up to the bridge and examined the ships in his group carefully. Then he said angrily, ‘There should be two cruisers in this group, but I can only see one. Where’s the other?’ No one dared to answer, and this made the admiral even angrier. His face became redder and redder.
‘Well?’ he shouted. ‘What are you fools hiding from me? Where’s the second cruiser? What happened to it? Answer me!’
At last a young sailor found enough courage to speak.
‘Please, Sir,’ he said, ‘you’re on it’.

Hasil terjemahan Google Translate:

Seorang laksamana tua itu terkenal di angkatan laut untuk emosi buruknya, sehingga semua orang berusaha keras untuk tidak mengganggunya. Satu minggu kapalnya akan mengambil bagian dalam latihan internasional yang besar, sehingga ia datang ke kapal di malam hari, makan malam dan kemudian pergi tidur. Di pagi hari ia sarapan nya pagi, datang ke jembatan dan memeriksa kapal-kapal dalam kelompok dengan hati-hati. Lalu ia berkata dengan marah, “Harus ada dua kapal penjelajah di grup ini, tapi aku hanya bisa melihat satu. Mana yang lain? “Tidak ada yang berani untuk menjawab, dan ini membuat admiral bahkan marah. Wajahnya menjadi merah dan merah.
‘Yah? “dia berteriak. “Apa yang kamu bodoh bersembunyi dari saya? Mana yang cruiser kedua? Apa yang terjadi padanya? Jawab aku! ‘
Akhirnya seorang pelaut muda menemukan cukup keberanian untuk berbicara.
“Tolong, Pak,” katanya, “Anda berada di itu.

Hasil terjemahan mesin penerjemah saya:

Laksamana muda tua dulunya terkenal dalam Angkatan Laut itu untuk watak miliknya yang jelek, sehingga setiap orang mencoba keras tidak ke mengganggu dia. Minggu satu kapalnya sedang pergi ke bagian dalam latihan internasional besar, sehingga dia datang di atas papan dalam malam hari itu, memiliki makan malamnya dan kemudian pergi ke tempat tidur. Dalam pagi hari itu dia memiliki makan paginya awal, datang di atas ke jembatan itu dan memeriksa kapal itu dalam kelompoknya dengan teliti. Kemudian dia berkata dengan marah,’ di sana seharusnya dua cruisers dalam ini, tetapi saya hanya melihat satu. Di mana yang yang lain?’ tidak satu berani untuk menjawab, dan ini membuat laksamana muda itu seimbang semakin marah. Wajahnya menjadi semakin merah dan semakin merah.’ baik?’ dia berteriak.’ apa apakah kamu membodohi menyembunyikan dari saya? Di mana yang kedua? Apa terjadi ke itu? Jawaban saya!’ di terakhir muda sailor menemukan keberanian cukup ke berbicara.’ menyenangkan, tuan,’ dia berkata,’ kamu adalah di atas itu’.

Cerita asli 2:

The cautious captain of a small ship had to go along a coast with which he was unfamiliar, so he tried to find a qualified pilot to guide him. He went ashore in one of the small ports where his ship stopped, and a local fisherman pretended that he was one because he needed some money. The captain took him on board and let him tell him where to steer the ship.
After half an hour the captain began to suspect that the fisherman did not really know what he was doing or where he was going, so he said to him, ‘Are you sure you are a qualified pilot?’
‘Oh, yes,’ answered the fisherman. ‘I know every rock on this part of the coast.’ Suddenly there was a terrible tearing sound from under the ship. At once the fisherman added, ‘And that’s one of them.’

Hasil terjemahan Google Translate:

Kapten hati-hati dari sebuah kapal kecil harus pergi sepanjang pantai dengan yang ia tidak terbiasa, jadi dia mencoba untuk menemukan pilot yang memenuhi syarat untuk membimbingnya. Dia pergi ke darat di salah satu pelabuhan kecil di mana kapalnya berhenti, dan nelayan lokal berpura-pura bahwa ia adalah satu karena ia membutuhkan uang. Kapten membawanya di papan dan biarkan dia memberitahu padanya di mana untuk mengarahkan kapal.
Setelah setengah jam kapten mulai menduga bahwa nelayan tidak benar-benar tahu apa yang dia lakukan atau ke mana ia pergi, sehingga ia berkata kepadanya, ‘Apakah Anda yakin Anda adalah seorang pilot yang memenuhi syarat? ”
“Oh, ya,” jawab nelayan. “Aku tahu setiap batu pada bagian ini dari pantai.” Tiba-tiba ada suara robek mengerikan dari bawah kapal. Sekaligus nelayan menambahkan, “Dan itu salah satu dari mereka.”

Hasil terjemahan mesin penerjemah saya:

Kapten hati-hati dari kapal kecil harus pergi sepanjang pantai dengan yang mana dia dulunya tidak kenal, sehingga dia mencoba untuk menemukan pengemudi layak ke memandu dia. Dia pergi menepi dalam satu dari pelabuhan kecil di mana kapalnya menghentikan, dan nelayan lokal berpura-pura itu dia dulunya satu karena dia membutuhkan uang beberapa. Kapten itu mengambil dia di atas papan dan membiarkan dia dia di mana ke mengemudikan kapal itu. Setengah setelah jam kapten itu mulai untuk mencurigai itu nelayan itu tidak mengetahui apa dia sedang melakukan atau di mana dia sedang pergi, sehingga dia berkata ke dia,’ apakah kamu yakin kamu adalah pengemudi layak?” oh, ya,’ menjawab nelayan itu.’ saya mengetahui karang setiap di atas ini dari pantai itu.’ tiba-tiba di sana adalah bunyi yang parah dari di bawah kapal itu. Seketika nelayan itu menambahkan,’ dan itu satu dari mereka.

Menurut pendapat saya, not too bad 🙂
Bagaimana menurut Anda?

Catatan saya tentang KLC Yogya 4 Juli 2011

Kemarin malam saya mengikuti pertemuan sebuah kelompok kecil alumni UGM (terwadahi dalam KLC) yang menghadirkan Mas Hikmat Hardono, Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar (bagi rekan2 yang belum pernah mendengar apa itu Indonesia Mengajar (IM), bisa coba baca halaman ini dan ini). Dalam pertemuan tersebut, Mas Hikmat Hardono berbagi kisah tentang IM.

Kisah dibuka dengan cerita tentang seorang Koesnadi Hardjasoemantrimuda yang menginisiasi PTM (Pengerahan Tenaga Mahasiswa) – sebuah gerakan yang mengajak mahasiswa untuk membuka SMA dan menjadi guru di daerah terpencil. Pak Koes berangkat ke Kupang pada tahun 1950an. Silakan dibayangkan. Kupang. 1950an. Selama beberapa tahun beliau tinggal di sana. Dan sekembalinya dari sana, beliau membawa tiga orang siswa paling cerdas dari sana untuk berkuliah di UGM. Seorang di antaranya, Adrianus Mooi, kemudian menjadi Gubernur BI. Mengajar di ujung negeri dan mengubah jalan hidup banyak orang. Itu inspirasi yang mengilhami IM.

Menurut saya ide besar IM menarik, sangat menarik bahkan. IM berusaha membantu menyuntikkan kemajuan ke berbagai pelosok negeri, sambil berusaha merekatkan rajutan ikatan antar anak bangsa. Anak muda yang tinggal selama setahun di daerah yang sebelumnya ia tidak kenal, akan pulang dengan ikatan tali persaudaraan dengan masyarakat tempat ia pernah tinggal itu. Dan bisa jadi ikatan itu terjalin seumur hidup. Setinggi apapun karir profesional si anak muda kemudian, kemungkinan besar ia tidak akan pernah lupa pada daerah tempat ia pernah tinggal dan berbagi selama satu tahun itu. Ia akan selalu ingat bahwa masih ada banyak pojok2 Indonesia yang perlu diperhatikan dan dibantu untuk terus maju. Ia akan ingat bahwa Indonesia amat luas dan amat beragam budayanya.

Saya kira ini tawaran jawaban yang menarik dari IM untuk tantangan Indonesia masa kini. Tentu kita tidak pernah tahu akan menjadi apa anak2 muda itu nantinya. Apakah nantinya mereka akan masih berpegang pada idealisme mereka sekarang, yang mendorong mereka untuk berangkat mengajar, kita tidak akan tahu. Tapi setidaknya, IM sudah memberi kesempatan bagi banyak anak muda untuk mengenal Indonesia dengan lebih baik.

Kupasan Mas Hikmat soal KAGAMA tidak kalah menariknya.

Kupasan soal KAGAMA dibuka dengan sebuah disclaimer bahwa dia akan berbicara terus terang apa adanya, dan berharap tidak ada yang sakit hati :)

Pertama, Mas Hikmat menyampaikan tentang ketidaksesuaian bentuk organisasi KAGAMA dengan platform komunikasi modern. Organisasi KAGAMA masih bersifat teritorial, mengikuti struktur administrasi negara, selain juga bersifat mengelompokkan diri sesuai bidang ilmu. Pada masa sekarang ini, komunikasi umumnya tidak lagi berjalan dalam struktur teritorial ataupun kelompok bidang ilmu (saja), melainkan justru berjalan melintasi struktur teritorial dan juga kelompok bidang ilmu. Sekarang orang berkomunikasi juga melalui media online, dan di situ tatanan teritorial tidak lagi penting. Mungkin perlu dipikirkan bentuk organisasi yang lebih mengakomodasi hal2 semacam ini. Dan sepertinya KAGAMA Virtual berusaha mengisi ruang di sini.

Selanjutnya adalah soal solidaritas alumni. Seperti yang sering disebutkan dan diakui banyak orang, solidaritas alumni UGM termasuk rendah. Mengapa demikian? Menurut Mas Hikmat, ini imbas dari kurangnya usaha untuk merekatkan hubungan antar mahasiswa, baik seangkatan ataupun antar angkatan, semasa kuliah. Berbeda dengan ITB, yang masa orientasinya berlangsung selama satu tahun pada tahun pertama kuliah, yang di dalamnya ada program mentoring yang berupaya mendekatkan hubungan antara kakak angkatan dengan adik angkatan. Terkait soal solidaritas, Pak Budi Wignyosukarto juga mengakui bahwa bahkan antar dosen sendiri juga masih kurang kompak, tidak jarang malah sikut2an saat berburu proyek. Tentu ini jadi catatan dan PR banyak pihak untuk diperbaiki. KLC, yang dulu diawali dengan KLP di Jakarta, adalah salah satu upaya untuk menjalin solidaritas alumni. Solidaritas selalu berawal dari hubungan pertemanan yang intens. KLP/KLC berupaya menyediakan wadah seperti itu secara mandiri. Berbeda dengan kursus atau pelatihan singkat, di mana ada penyelenggara dan ada peserta, KLP/KLC memiliki anggota yang sekaligus sebagai penyelenggara. Mereka menentukan kurikulum sendiri dan berupaya mendapatkan narasumber yang sesuai untuk setiap topik dalam kurikulum yang telah disepakati bersama. Melalui hubungan yang intens selama beberapa bulan, diharapkan tumbuh solidaritas dalam kelompok tersebut. Tentunya kelompok tersebut diharapkan tidak terlalu besar, hanya berisi sekitar 20-30 orang saja.

Pak Budi WS menjelaskan bahwa sebenarnya dalam tingkatan tertentu sudah terjalin komunikasi dan solidaritas yang baik antar alumni UGM. Saat ada delegasi UGM berangkat ke Palembang untuk mengikuti lomba, beliau bisa dengan mudah menghubungi teman2 KAGAMA Palembang untuk membantu delegasi yang diberangkatkan. Dan benar, bantuan itu diberikan oleh teman2 KAGAMA Palembang pada delegasi yang berlomba. Tentu diharapkan agar alumni/peserta KLP/KLC dapat membantu KAGAMA untuk menjalin solidaritas antar alumni.

========================

Pertemuan ini berlangsung tanggal 4 Juli 2011, diawali pukul 19:20, dan diakhiri pukul 21:40, diadakan di Wisma KAGAMA. Dihadiri oleh sekitar 15 orang (daftar hadirnya tidak ada pada saya).

Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai resume utuh pertemuan KLC, sehingga mungkin memang tidak lengkap. Tulisan ini hanya menampilkan hal2 yang menurut saya menarik, yang muncul dalam pertemuan kemarin.

Semoga bermanfaat.