Archive
Heran
Sudah beberapa waktu lamanya, saya memasang iklan lowongan web programmer dan web designer di website usaha mungil saya. Selama beberapa waktu tersebut, sudah saya terima pula beberapa lamaran yang berusaha menjawab kebutuhan saya akan pekerja itu. Beberapa lamaran saya nilai baik, dengan ada 2 orang yang saat ini sedang saya uji dengan masing-masing 1 pekerjaan kecil, dengan nilai pembayaran yang sudah disepakati.
Namun yang ingin saya bahas di sini bukan itu. Di antara beberapa email yang masuk, yang berkaitan dengan iklan lowongan tersebut, ada beberapa email yang isinya ringkas dan padat: “Kalo saya kerja di tempat Bapak, gajinya berapa?”, tanpa embel-embel CV, dan… nama. Jadi, siapa yang mengirimkan email itupun saya tidak tahu namanya, saya hanya tahu alamat emailnya.
Yang saya herankan adalah, apa yang ada di benak mereka, sehingga ketika mereka mengirimkan email tersebut, terpikir untuk memperkenalkan diri dengan sopan pun tidak. Lagipula, menurut saya, gaji bukanlah suatu informasi yang mudah diumbar begitu saja, karena sifatnya yang cenderung personal dan fleksibel besarnya. Biasanya, gaji yang saya tawarkan saya sesuaikan dengan tingkat kemampuan orang tersebut, meskipun belakangan ini saya coba membuat suatu standar gaji untuk rekan-rekan kerja saya. Saya juga yakin, bahwa gaji yang saya tawarkan tersebut sangat layak, tidak kalah dengan usaha sejenis lain yang lebih besar.
Selain itu, bagi saya, bekerja adalah suatu hubungan yang timbal-balik. Tiap-tiap pihak memberi sekaligus juga menerima. Bukan semata satu pihak memberi, yang lainnya cuma menerima. Saya menduga, pengirim email tersebut belum menyadari bahwa menawarkan jasa yang dapat mereka berikan adalah salah satu bagian dari proses penentuan gaji. Saya juga menduga, mereka belum memahami bahwa memperkenalkan diri adalah salah satu bagian dari awal hubungan jangka panjang yang baik.
Kesan orang-orang tentang seorang programmer yang wirausahawan
Sudah kurang lebih lima tahun saya menjalani profesi yang disebut di atas itu: programmer yang wirausahawan. Mungkin penjelasan Kang Wiki: Micro Independent Software Vendor (mISV) dan Freelancer cukup memberi penjelasan tentang profesi saya ini.
Selama kira-kira lima tahun itu ada banyak kesan dari orang lain yang saya terima mengenai profesi saya ini. Ada yang merasa tertarik untuk mengamati perkembangan pekerjaan saya. Ada yang pesimis akan kemungkinan keberhasilan saya menjalani profesi ini. Dan banyak yang lain.
Tanggapan yang cukup sering saya terima adalah, ada orang-orang yang memandang saya dengan sikap aneh (atau kasihan, saya tidak tahu – hehehe), yang kemudian secara rutin (terlebih pada awalnya dulu) menawari saya pekerjaan atau peluang usaha. Mungkin mereka memandang profesi ini ‘tidak ada masa depannya’ kali ya. Saya yakin tidak ada maksud jelek apapun dari mereka, namun saya merasa kurang nyaman dengan pandangan seperti ini.
Ada juga yang seringkali menanyai saya, apakah ada proyek yang sedang saya kerjakan, jika ada, banyakkah proyek yang dikerjakan, sambil tak lupa melontarkan doa dan harapan semoga job saya banyak dan lancar. Yang ini terutama orang tua saya (dan belakangan setelah saya menikah, mertua saya juga). Sebentuk kasih dan perhatian dari mereka buat saya, salam hormat saya untuk mereka.
Selain tanggapan-tanggapan di atas itu, ada lagi tanggapan yang lain. Ada juga yang melihat bahwa profesi yang saya pilih ini menarik, dan mereka terus menyemangati saya. Mereka sering berkata bahwa memang awalnya akan susah, tapi jika saya konsisten, maka buah yang baik akan saya petik kemudian. Cerita pengalaman hidup mereka sering saya jadikan inspirasi dan penyemangat ketika saya berada dalam situasi yang tidak mudah dihadapi. Saya sangat menghargai mereka.
Sementara itu, tanggapan dari teman-teman saya yang segenerasi dengan saya, rata-rata adalah, bahwa profesi saya ini sangat enak dijalani (kalo emang iya, kenapa gak pada ikutan ya?). Waktunya longgar, bisa diatur sendiri. Mau kerja ya tinggal kerja di rumah. Mau santai ya tiduran aja di rumah. Proyeknya nilainya gede-gede (ah ngarang tuh, yang bener gede-kecil, hehehe).
Nah berkaitan dengan kesan santai itu, kadang saya juga jadi repot karenanya. Asumsi orang-orang, saya tidak memiliki jam kerja tetap, jadi waktunya bebas, saya bisa melakukan apa saja setiap saat saya mau. Kadang-kadang, ada ajakan atau permintaan pada saya untuk mengikuti atau mengerjakan sesuatu (biasanya minta bantuan). Misalnya gini, ada orang (entah saudara ataupun teman) yang minta tolong saya untuk mencarikan atau membelikan suatu barang di Yogya. Nah, setelah beberapa hari mereka bertanya lagi, udah dapet belum barangnya, kok belum dikirim. Masalahnya, biasanya saya menjadwalkan hal-hal seperti ini di akhir minggu (Sabtu – Minggu). Kalau belum sampai harinya, ya seringkali saya belum bisa melakukannya. Tidak jarang, setelah ada penjelasan seperti ini, mereka bisa mengerti. Yang menjengkelkan, kadang setelah diberi penjelasanpun, mereka menanggapi, “Katanya kerja sendiri (sebuah bentuk terjemahan bebas atas: freelancer), masak belum bisa disempatkan untuk bantu mencarikan?” Repot juga ya?
Setiap orang boleh memiliki kesannya sendiri tentang profesi saya, dan apapun kesan mereka itu, semuanya menarik buat saya. Kapan-kapan saya pengin juga bercerita tentang kesan saya sendiri tentang profesi yang saya jalani ini.