Archive

Archive for the ‘internet’ Category

Stylometry

Pada bulan April 2013, novel berjudul The Cuckoo’s Calling hasil karya Robert Galbraith – seorang pengarang baru – diterbitkan. Novel tersebut mendapat tanggapan baik, meski tidak istimewa. Namun pada Juli 2013, seseorang menulis twit bahwa novel tersebut sejatinya ditulis oleh J.K. Rowling, penulis yang dikenal melalui karyanya serial Harry Potter. Beberapa orang mulai mengadakan penyelidikan, dan kemudian mendapatkan hasil analisis bahwa kemungkinan besar The Cuckoo’s Calling benar ditulis oleh J.K. Rowling. Dunia penerbitan gempar, terlebih setelah J.K. Rowling memberikan konfirmasi bahwa benar dialah yang menulis novel tersebut.

Yang menarik dari kejadian tersebut adalah: bagaimana penyelidikan atas naskah novel dilakukan hingga akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa kemungkinan besar penulisnya benar J.K. Rowling? Di sinilah stylometry, penerapan ilmu stilistika – cabang ilmu linguistik yang membahas tentang gaya bahasa – berperan.

Kita sudah menyadari bahwa ada gaya bahasa tertentu dalam setiap tulisan. Gaya bahasa itu tentu mengikuti siapa penulisnya. Tiap penulis punya gaya bahasa, gaya tulisan tersendiri. Tidak jarang kita dapat mengenali seorang penulis sebuah tulisan dari kata-kata atau frase (gabungan kata) khas yang sering digunakannya. Bisa juga kita mengenali panjang pendek rumit sederhana kalimat-kalimatnya.

Dalam kasus The Cuckoo’s Calling tadi, orang-orang menggunakan perangkat lunak untuk membantu mengenali pola-pola seperti disebut di atas. Salah satu ciri J.K. Rowling adalah, ia sering menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Latin dalam novelnya. Ini tentu dapat dikenali oleh pengamat yang teliti, namun akan jauh lebih mudah diketahui jika menggunakan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan pada waktu itu adalah Java Graphical Authorship Attribution Program (JGAAP) – sebuah perangkat lunak gratis. JGAAP bekerja dengan memuat naskah referensi (dalam hal ini naskah novel-novel J.K. Rowling sebelumnya), dan kemudian membandingkannya dengan naskah The Cuckoo’s Calling.

Dengan alat bantu yang makin cepat dan cermat kerjanya: perangkat lunak, stylometry dapat digunakan untuk hal-hal lain seperti misalnya: mengenali penulis dari tulisan-tulisan anonim yang sering dijumpai di internet. Ini ancaman nyata atas anonimitas dan privasi orang. Jika selama ini orang dapat berlindung di balik akun-akun anonim atau bahkan palsu, dengan stylometry sosok di balik akun anonim dapat dikenali melalui gaya bahasa tulisan-tulisannya.

Referensi:
https://www.techwell.com/techwell-insights/2013/07/analysis-software-wrecked-jk-rowling-s-anonymity
http://languagelog.ldc.upenn.edu/nll/?p=5315

Situs jaringan sosial mengubah cara kita berteman?

Beberapa waktu yang lalu saya membaca slideshow The Real Life Social Network v2. Sebenarnya artikel itu ditulis untuk para pengembang situs jaringan sosial, tapi saya merasa pengguna situs jaringan sosialpun akan mendapat manfaat dari membaca artikel ini. Bila Anda punya waktu, bacalah artikel tersebut. Tapi bila tidak, Anda bisa membaca artikel saya ini, yang sedikit banyak merupakan ringkasan dari artikel tersebut 🙂 Selamat menikmati.

==========================================

Siapa di antara Anda yang tidak memiliki akun Facebook? Saya tidak akan heran bila banyak dari Anda yang memilikinya. Hampir setiap orang yang saya kenal memilikinya. Mereka yang akrab dengan internet biasanya memilikinya.

Teman2 kita di Facebook biasanya adalah teman2 kita di dunia nyata, walau kadang tidak juga demikian. Para selebritis biasanya punya banyak teman yang tidak dikenalnya secara pribadi. Tiap orang biasanya punya teman dari berbagai macam pergaulan hidupnya di dunia nyata. Ada sanak saudara, ada teman sekolah atau kuliah, ada teman kerja (bisa ada lebih dari satu kelompok teman, bila kita bekerja pada lebih dari satu tempat), ada teman relasi sosial (teman arisan, teman perkumpulan keagamaan, teman satu kelompok hobi, dll), mungkin ada kelompok teman lain lagi.

Meski belakangan ditambahkan fitur kelompok teman, tapi umumnya orang sudah terlanjur meletakkan semua temannya, yang berasal dari berbagai latar belakang pertemanan itu, pada satu kelompok besar. Selain itu, pengelompokan teman sifatnya juga tidak diwajibkan. Karena cenderung merepotkan, orangpun akhirnya mengabaikan pengelompokan itu, dan membiarkan semua temannya ada dalam satu kelompok besar.

Dalam dunia nyata, manusia cenderung berperilaku sesuai dengan kelompok di mana ia sedang berada. Tiap kelompok memiliki ciri komunikasi tersendiri, memiliki topik pembicaraan tersendiri, dan memiliki tata aturan sendiri.

Sebut saja ada seorang bernama Andi. Andi adalah seorang mahasiswa fakultas ekonomi. Dalam lingkungan teman2nya di kampus, mungkin Andi lebih banyak berbincang seputar topik kuliah atau kegiatan kampus. Ia menggunakan bahasa Indonesia di sana. Namun, selain sebagai seorang mahasiswa, Andi juga aktif dalam sebuah klub sepakbola. Saat berada bersama teman2 klubnya, mungkin ia banyak berbicara seputar topik pemain2 tenar sepakbola, atau hasil2 pertandingan klub sepakbola idola. Tutur bahasa yang digunakan cenderung lebih santai, tidak seformal saat Andi berada di kampus. Andi kebetulan juga memiliki banyak sanak saudara di desa. Di desa sana, walau pengaruh modernisasi telah mulai masuk, sanak saudara Andi masih hidup lekat dengan budaya Jawa. Saat bersama sanak saudaranya, Andi menggunakan bahasa Jawa, dan banyak berbincang seputar apa dan bagaimana sanak saudara yang masih ada.

Jika suatu saat Andi dan semua kenalannya masuk ke Facebook, maka semua akan berada pada posisi yang sama, yaitu teman Andi. Mereka semua, teman kampus, teman klub sepakbola, dan sanak saudara Andi, akan melihat semua kegiatan Andi di situ. Misalnya Andi menulis status “jadi main bola nggak nih?”, maka semua teman Facebook Andi akan membacanya, meski mungkin hanya teman main sepakbola Andi yang memahaminya dan mungkin menanggapinya. Jika suatu kali ada seorang teman Andi yang iseng men-tag Andi pada sebuah foto konyol, tidak semua teman Facebook Andi akan menanggapinya secara positif. Bayangkan bila kasus ini terjadi pada seseorang yang bekerja, dan kebetulan atasannya atau relasi usahanya juga menjadi teman Facebook dari orang tersebut.

Andi mewakili kebanyakan pengguna situs jaringan sosial, tidak hanya Facebook. Kebanyakan pengguna situs jaringan sosial meletakkan semua teman mereka, dari berbagai latar belakang pertemanan, dalam satu kelompok yang sama, yang mampu melihat hal yang sama persis dari akun kita. Situs jaringan sosial juga tidak begitu mendukung pemisahan kelompok teman ini. Fitur disediakan, tapi diletakkan di dalam, dan bukan sesuatu yang wajib untuk digunakan. Makin tinggi peluang untuk terjadi kesalahpahaman dan kesalahcitraan terhadap seseorang.

Situasi itu masih ditambah pula dengan mudahnya bagi seseorang untuk berteman dengan orang lain yang sama sekali tidak ada hubungan. Beberapa kali saya diajak berteman dengan orang (atau lebih tepatnya: akun) yang sama sekali tidak saya kenal. Tidak ada salam perkenalan apapun darinya. Bahkan di situs jaringan sosial yang ditujukan untuk membangun relasi profesional seperti LinkedIn juga terjadi yang demikian. Beberapa kali saya menerima ajakan berteman dari seseorang yang sama sekali tidak saya kenal, belum pernah bertemu atau bercakap, baik di dunia nyata ataupun di dunia nyata.

Lalu bagaimana?

Yang penting bagi kita sebagai pengguna situs jaringan sosial adalah, menyadari bahwa situasi pertemanan di dunia maya berbeda dengan situasi pertemanan di dunia nyata. Di dunia nyata, terdapat “sekat2” yang memisahkan lingkungan pertemanan yang satu dengan yang lain. Di dunia maya, “sekat” itu bisa dibilang nyaris tidak ada. Kondisi semacam ini membutuhkan kebijaksanaan dan kehati2an kita sebagai pengguna untuk menempatkan diri secara tepat di lingkungan pertemanan dunia maya.

Jalan lain yang bisa kita tempuh adalah, menggunakan fitur yang telah disediakan untuk membuat “sekat” itu dengan sebaik2nya. Butuh waktu dan tenaga untuk menyusunnya, tapi mungkin hasilnya akan sepadan. Mungkin.

Kita juga perlu bijaksana dalam menerima ajakan pertemanan dari orang lain. Apakah orang itu sungguh seseorang yang pernah kita kenal? Informasi yang kita sediakan di profil maya kita juga akan tersedia bagi orang tersebut nantinya, bila kita memasukkannya dalam daftar teman kita.

Saya pribadi sedang menilik ulang langkah saya di dunia pertemanan maya ini, mencoba mencari langkah yang tepat untuk saya.

Bagaimana dengan Anda?

Kualitas layanan telekomunikasi

Kemarin sore koneksi Telkom Speedy saya bermasalah, tidak bisa terhubung ke internet. Modem sudah menyala, setting tidak ada yang berubah, tetapi koneksi tak kunjung berhasil dilakukan. Padahal, pagi harinya koneksi masih berjalan lancar.

Sesiangan kemarin, saya ada acara di luar. Sepulangnya ke kantor, saya mendapat laporan dari rekan programmer di situ bahwa ada banyak telepon salah sambung yang masuk, katanya mencari kantor kargo. Kejadian semacam itu sudah beberapa kali terjadi (telepon salah sambung), tapi tidak sering. Saya tidak berpikir lebih jauh lagi soal ini, dan mengabaikan informasi itu. Sampai malamnya, koneksi Telkom Speedy belum jalan juga.

Pagi hari ini, saya menghubungi CS Telkom Speedy untuk melaporkan masalah pada koneksi tersebut. Laporan saya diterima dengan baik, dan dijanjikan akan segera dihubungi oleh teknisinya untuk penyelesaian masalah ini. Sayangnya hingga saat ini (malam harinya), saya belum dihubungi oleh mereka.

Siangnya, terpikir dalam benak saya untuk mencoba menghubung-hubungkan semua informasi yang ada: koneksi internet (yang berjalan via kabel telepon) bermasalah dan ada banyak telepon salah sambung yang masuk. Mendadak muncul pemikiran gila: jangan-jangan nomor telepon saya berubah? Segera saya coba menghubungi nomor handphone saya dengan menggunakan telepon kantor. Hasilnya? Ternyata pemikiran gila itu tadi BENARRRR!!!!! Nomor telepon yang masuk ke handphone saya bukan nomor telepon kantor saya!!! Jelas saja saya tidak bisa menggunakan Telkom Speedy!!

Segera saya menghubungi CS Telkom untuk melaporkan masalah ini. Laporan saya diterima dengan baik, dan dijanjikan akan diatasi dalam waktu 3 x 24 jam (lama benar???). Setelah selesai melaporkan masalah ini, baru terpikir oleh saya konsekuensi-konsekuensi yang mungkin muncul dari masalah ini. Bisa-bisa tagihan telepon saya membengkak, gara-gara pemakaian dari pihak lain (yang mendapat nomor telepon saya) ditagihkan ke saya.  Besok saya akan pergi ke kantor Telkom untuk mencoba mendapat penyelesaian segera.

Yang saya herankan dari kejadian ini adalah, bagaimana bisa kesalahan fatal semacam ini bisa terjadi? Hal konyol, tapi bisa sangat merugikan pelanggan. Semakin dipikir, semakin tidak percaya rasanya ada kesalahan semacam ini.Harapan saya, semoga masalah ini segera selesai, tanpa ada konsekuensi yang parah. 

Update 31 Jan 2009, 14.30:

Genap setelah 2 hari sejak munculnya masalah ini, masalah ini sudah teratasi dengan baik. Terimakasih kepada para teknisi. Semoga masalah konyol semacam ini tidak terulang lagi. Sekarang saya tinggal menunggu apakah tagihan telepon bulan depan ada masalah atau tidak. Semoga tidak.