Archive
2006
Hari Senin kemarin ada pesan masuk ke ponsel saya. Isi pesannya begini:
“Slm mlm mas Albert. Maaf mengganggu. Kapan ada waktu memperbaiki program di Klinik saya? Tks”
Pengirimnya adalah seorang dokter, yang sudah lama menggunakan aplikasi yang saya buat. Saya menyanggupi datang ke klinik beliau sore ini tadi.
Saya ingat bahwa aplikasi itu sudah lama sekali saya buat, dan ada sekitar 5 kali beliau atau admin kliniknya menghubungi saya untuk konsultasi saat mereka mengalami kesulitan, entah PCnya atau printernya bermasalah. Bahwa beliau menghubungi saya berarti aplikasi saya masih mereka gunakan.
Ketika tadi saya datang ke klinik beliau, saya takjub melihat bahwa PC dan aplikasi saya di dalamnya masih ada lengkap dengan datanya. Pada aplikasi saya ada penanda tahun buatannya, 2006. PC bersih dan rapi, lengkap dengan sistem operasinya: Windows XP.
Beliau menyampaikan bahwa tiap hari beliau masih mengisikan data pasien ke dalamnya. Sudah ada puluhan ribu data pasien di situ. Hanya ada sedikit kendala: si admin klinik lupa passwordnya. Sambil saya bantu mengatur ulang password si admin, kami berbincang ringan mengenai kemungkinan upgrade aplikasi.
Saya senang mendapati bahwa aplikasi yang sudah lama sekali saya buat, masih terus bermanfaat untuk penggunanya.
Ide itu gratis..
Sekitar 8 tahun yang lalu, saya dan beberapa teman mempunyai ide untuk membuat sebuah software manajemen parkir. Berbeda dengan software sejenis yang saat itu mulai marak digunakan, terutama di daerah Jateng – DIY, software yang kami buat itu menambahkan beberapa fitur yang dalam pengamatan kami belum digunakan di software sejenis yang lain. Salah satu dari fitur itu adalah karcis parkir dengan barcode, tanpa mencantumkan nomor polisi kendaraan yang diparkir. Karcis parkir yang mencantumkan nomor polisi akan sangat memudahkan orang untuk mencuri kendaraan kita. Karcis parkir itu adalah kunci penentu berhasilnya seorang pengendara mengeluarkan kendaraannya dari lahan parkir. Nomor polisi yang tercantum jelas, memudahkan orang lain (katakanlah pencuri karcis) yang memegang karcis parkir itu untuk menemukan kendaraan kita.
Software itu sudah dirancang dengan baik, dengan mempertimbangkan berbagai skenario yang mungkin muncul, misalnya karcis hilang, petugas gerbang masuk salah ketik nomor polisi, dll. Dalam kondisi terbatas, software itu sudah diujicoba, meski tentunya tidak dalam situasi nyata. Kecepatan proses pemberian karcis di gerbang masuk dan juga penerimaan pembayaran di gerbang keluar, semua sudah diperhitungkan, dan menghasilkan angka tunggu yang layak bagi para pengantre lahan parkir. Kekurangannya cuma satu: sangat sulit menemukan perusahaan pengelola lahan parkir yang bersedia mempercayai kualitas software buatan anak-anak muda dari antah berantah Yogya. Keberanian sudah dikumpulkan untuk akhirnya mencoba menghubungi berbagai perusahaan pengelola lahan parkir dan meminta waktu pihak manajemen untuk melihat presentasi dan demo software kami, namun tak satupun tembus. Beberapa eksemplar proposal juga sudah sempat dikirimkan, tapi tak ada balasan. Kami sepenuhnya menyadari, mengirimkan proposal yang menjelaskan secara sekilas beberapa fitur kunci yang kami tawarkan tentulah mengandung resiko: ide dibajak, tapi tak ada jalan lain untuk menawarkan produk kami tanpa melalui langkah itu.
Akhirnya, kami tak pernah mendapat satupun kesempatan untuk mempresentasikan software itu.
Beberapa bulan yang lalu, saya mendapati karcis parkir sebuah mal sudah mengimplementasikan ide kami dulu itu: karcis parkir yang tidak mencantumkan nomor polisi, dan menampilkan barcode sebagai gantinya. Beberapa minggu setelahnya, saya mendapati karcis parkir sebuah mal yang lain juga menggunakan model karcis parkir yang sama. Sambil tersenyum, saya cuma berkata di dalam benak, “Rupanya ide kami terlalu awal 8 tahun.”
Ide itu sesuatu yang gratis. Siapa saja bisa mendapat ide yang sama. Saya yakin bahwa kemungkinan besar kami bukanlah yang pertama kali menemukan ide itu, meski mungkin kami termasuk beberapa orang yang paling awal memikirkannya. Tapi, meski ide gratis, orang butuh daya upaya, butuh kemampuan, dan butuh kesempatan untuk mewujudkan dan menerapkannya. Satu hal yang kurang dari kami waktu itu adalah kesempatan. Pintu kesempatan belum terbuka bagi kami.
Tapi tentu saja, itu bukan berarti akhir dari segala-galanya. Kami mendapatkan pengalaman yang menarik terkait software manajemen parkir itu. Kami belajar banyak memikirkan berbagai skenario dalam pengelolaan lahan parkir. Kami belajar untuk berani menawarkan apa yang kami punya, mencoba mengetuk pintu-pintu yang asing bagi kami. Kami belajar menerima penolakan. Kami belajar banyak trik pemrograman baru saat membuatnya. Mungkin kami belum cukup keras berusaha, belum cukup ngotot dan berani mengetuk lebih banyak pintu lagi.
Anda punya ide? Jangan terburu gembira dulu dengan membayangkan bahwa mungkin Andalah orang pertama yang mendapatkan ide itu. Masih butuh banyak keringat untuk mewujudkannya menjadi sesuatu yang benar-benar berarti. Selamat berjuang.
Catatan Tentang William Soeryadjaya
Saya tidak kenal William Soeryadjaya secara pribadi. Ingatan masa kecil saya tentang beliau hanyalah sebatas beliau (tadinya) adalah pemilik Grup Astra, kepemilikan beliau atas Grup Astra itu berakhir ketika Bank Summa milik putranya kolaps, dan beliau dikenal orang sebagai orang baik dan rendah hati. Tapi ketika beliau meninggal beberapa hari yang lalu, catatan hidupnya kembali tersebar di sana sini, dan saya mencoba memungut tebaran cerita itu. Setidaknya untuk mengambil apa yang bisa jadi pelajaran buat saya. Berikut ini adalah hasilnya, semoga bermanfaat.
Dari twitter:
goudotmobi Astra International founded in 1957, based on a small trading business operated by brothers Tjia Kian Tie & #WilliamSoerydadjaya.
si_pipiet #Wil RT @goudotmobi: In ’84, William sold his land in Cilandak below market value so that PMBS could be built http://bit.ly/bWWMpy
benhan Bank Summa bekerjasama dengan NU membuat Nusumma, gerakan dg visi membuka ribuan bank rakyat di seluruh Indonesia #Wil
benhan Thn 1992, Om Willem jual 100 juta sahamnya utk ganti uang deposan kecil di Bank Summa milik anaknya yg jatuh http://bit.ly/aGJN66 #Wil
benhan Akhirnya Bank Summa dibail-out Oom Willem dg menjual sahamnya di Astra. Yang beli sahamnya? Prayogo Pangestu & Liem Sioe Liong #Wil
benhan Oom Willem jual 100jt sahamnya di Astra dg harga Rp 5000/saham = 500 Milyar. Saat itu Toyota Japan siap bayar Rp 10.000/saham #Wil
benhan Penutup dr JakartaGlobe http://bit.ly/926OVp : In the prime of his business career, William lost his kingdom, but he never looked back. #Wil
benhan RT @wimar: pertama x sm Oom William, mkn siang di kantornya. Semua dpt makanan top Jepang, Oom W khusus mkn pete,ikan asin & sayur asem #Wil
benhan RT @St_Aboe: @benhan Sy pernah makan bersama Oom William, kaget ternyata jam tangan yg dipake hanyalah casio yg sederhana. #Wil
benhan “..sepanjang sejarah blm ada seorang pengusaha seperti beliau. Om Willem rela tutupi kesalahan yg tdk diperbuatnya” Sandiaga Uno #Summa #Wil
Dari beberapa media online:
William Soeryadjaya Sang Pelopor Industri Otomotif – AntaraNews
Taufik Darusman: The Legend of William Soeryadjaya Lives On – The Jakarta Globe
William Soeryadjaya, a modest businessman, dies at 87 – The Jakarta Post
Kisah Perjalanan Bisnis Anak Pedagang Majalengka – Kompas
Sandiaga Uno: Oom Willem Bapak Profesional Bisnis – Kompas
Oom Willem (William Soeryadjaya) Obituary on Twitter – Benhan’s Posterous
Note: Jika ada di antara pemilik link atau kutipan tersebut di atas menginginkan agar link atau kutipannya tidak diletakkan di sini, harap memberitahu saya, agar dapat saya hapus.
Open Source: dari sudut pandang seorang programmer freelancer
Menghadiri GCOS (Global Conference on Open Source), membuka mata saya atas banyak hal, meski di saat yang sama juga menimbulkan banyak pertanyaan baru yang belum terjawab. Pada dasarnya open source berarti kode program dibuka pada khalayak ramai, agar dapat digunakan, dimodifikasi, dan didistribusikan lagi oleh siapapun, entah berbayar ataupun tidak. Kode program yang telah dibuka itu untuk seterusnya akan berstatus sebagai open source, demikian pula turunannya. Pada kenyataannya ada berbagai varian lisensi open source yang sedikit berbeda satu sama lain, meski kurang lebihnya mirip dengan apa yang baru saja saya jelaskan, namun saya tidak akan membahasnya di sini.