Main bola di kelas
Minggu lalu, kami mengambil rapor anak lanang. Mengenai nilai pelajarannya seperti biasanya tidak ada masalah. Dan seperti biasanya kami menanyakan mengenai kegiatannya selama di sekolah khususnya di kelas.
Kami menanyakan ke guru apakah benar – seperti pengakuan anak lanang – bahwa dia kalau di kelas sekarang duduk anteng dan mendengarkan. Ini dibetulkan oleh guru wali kelasnya. Kemudian kami menanyakan lagi, bagaimana tingkah lakunya saat dia mengerjakan ulangan harian, karena di rumah untuk dia bisa belajar dia harus sambil bergerak seperti sambil main bola. Ternyata saat mengerjakan soal, anak lanang diberi keleluasaan untuk tetap bergerak tetapi tidak mengganggu teman lain, misal: bermain dengan pensil, penggaris, bahkan berdiri untuk bergerak-gerak. Ia diatur oleh wali kelas untuk duduk di belakang supaya tidak mengganggu teman lain.
Beberapa hari setelahnya ketika ada kesempatan yang menurut kami pas, kami “mewawancara” anak lanang untuk mencari tahu versi dia mengenai hal tersebut. Menurut dia, ia tak pernah berdiri berjalan-jalan di kelas saat pelajaran. Hanya memang ketika ia merasa bosan ia mengaku kadang minta izin ke kamar kecil atau minta izin untuk minum (botol minum diletakkan di luar kelas). Saat duduk di kelas mengikuti pelajaran, ia kadang melepas sepatunya lalu memainkan bola dengan kakinya (ia memang membawa bola sepak ke sekolah untuk dimainkan bersama temannya saat jam istirahat atau sepulang sekolah). Kata dia, kalau melakukan itu ia lebih mudah memahami isi pelajaran ketimbang bila ia duduk diam saja.
===
Kami sebagai orang tuanya sudah menyadari hal ini sejak ia masih duduk di bangku TK. Beberapa tulisan menjelaskan ini adalah bentuk kecerdasan kinestetik. Oleh karenanya kami mencoba berhati-hati dalam memilih sekolah dan mencari sekolah yang relatif toleran terhadap anak-anak seperti ini.
Kami menghargai sekolah dan terutama guru kelasnya yang bersedia memahami, memberikan toleransi yang cukup, dan mengarahkan anak lanang agar tetap berkembang sesuai potensinya.