Home > anak, keluarga, pendidikan > Ketika Anak Memilih Pemimpin

Ketika Anak Memilih Pemimpin

Di kelas anak saya, ketua kelas dan wakilnya dipilih dua minggu sekali. Keduanya dipilih berselang-seling pasangan cowok dan pasangan cewek; misalnya minggu ini cowok-cowok, dua minggu lagi cewek-cewek. Bagi yang sudah pernah terpilih menjadi ketua kelas, tidak boleh dipilih lagi. Sedangkan yang sudah pernah jadi wakil ketua kelas, masih boleh dipilih lagi pada kesempatan berikutnya. Cara memilihnya sederhana saja: setiap anak menentukan pilihannya (boleh memilih diri sendiri juga), calon dengan suara terbanyak menjadi ketua, yang kedua terbanyak menjadi wakil ketua.

Namanya anak-anak, cara menentukan pilihannya ya sederhana saja: yang dipilih bisa teman baiknya, atau yang dianggap pintar, atau yang dianggap lucu atau keren. Terserah mereka, siapapun yang mereka anggap layak untuk jadi ketua kelas. Siapapun yang terpilih, semua senang, menikmati prosesnya. Gurunya juga tidak mengarahkan, siapa yang sebaiknya dipilih: “oh itu saja, dia anak guru, pas jadi ketua kelas”, atau “dia saja yang dipilih, anaknya baik dan sopan”. Setidaknya itu yang saya tangkap dari cerita anak saya.

Kemarin saya tanya ke anak saya, “Emang banyak yang pengen jadi ketua kelas?”

“Lho, SEMUA ANAK itu pengen jadi ketua kelas!” sahut dia.

“Emang kenapa kok pada mau jadi ketua kelas?”

“Soalnya bisa suruh-suruh yang lain.”

Maksudnya bisa kasih aba-aba berbaris saat mau masuk kelas, itu bagi mereka sesuatu yang keren, hehehehe..

Pada akhirnya, dengan cara yang mereka gunakan, saya rasa setiap anak – siapapun dia – akan memperoleh kesempatan menjadi ketua kelas, mencoba merasakan memimpin dalam skala kecil. Pengalaman yang menyenangkan buat mereka.

  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment