Atas dan Umum
Ide posting ini diawali dari kejadian hari ini tadi. Siang tadi, saya pergi ke kantor sebuah badan universitas (sengaja tidak saya sebutkan di sini). Ceritanya, setahun yang lalu kantor itu memesan sebuah software sederhana untuk membantu mereka mencatat dan melaporkan data keuangan mahasiswa. Nah, hingga saat ini, kurang lebih setahun kemudian, saya sudah membantu mereka sebanyak 3 kali untuk menyesuaikan format cetakan slip setoran pembayaran mahasiswa (untuk SPP, BOP, dll). Sebetulnya saya sudah buat agar bagian nama dan nomor rekening tujuan dapat mereka sesuaikan sendiri, karena menurut saya adalah wajar mengasumsikan adanya pergantian pejabat di kantor tersebut, sehingga nama dan nomor rekening tujuan perlu bisa disesuaikan dengan mudah. Yang tidak saya duga adalah, perubahan sebanyak 3 kali itu adalah karena mitra bank yang bekerja sama dengan universitas tersebut berganti, sehingga secara umum format slip setorannya juga akan berbeda.
Mungkin bagi sebagian besar orang, ini perkara sepele dan sederhana. Tapi dari keterangan petugas di kantor tersebut saya mendapati bahwa pada semester lalu mereka sudah mencetak sekotak besar kertas slip lengkap dengan logo bank di sudut kiri atas, yang hingga saat sekarang ini masih terdapat sisa yang lumayan banyak. Artinya, ada dana, waktu, dan tenaga yang terbuang di balik kejadian ini. Ini masih ditambah pula cerita dari petugas lainnya yang menyatakan, memang sering terjadi perubahan format dan tata cara pelaporan administrasi di universitas tersebut. Tiap kali ada perubahan, ada pelatihan dan seminar yang harus dia ikuti. Waks, berarti ada lebih banyak lagi dana, waktu, dan tenaga yang terbuang, untuk hal yang tidak esensial.
Saya sering menjumpai kejadian2 sejenis ini, yang intinya mengubah sesuatu yang tidak esensial, yang memakan dana, waktu, dan tenaga. Waktu saya masih di sekolah menengah dulu, saya mengalami perubahan dari SMA menjadi SMU. Sampai sekarang, saya tidak memahami betul apa esensi perubahan itu. Yang saya tahu hanyalah, terjadi perubahan kata, perubahan singkatan, perubahan logo sekolah, perubahan kop surat dan amplop, perubahan stempel sekolah, perubahan seragam sekolah. Malah sekarang katanya sudah balik lagi dari SMU ke SMA. Apa ya beda Atas dan Umum dalam singkatan itu?
Takutnya perubahan “Atas” dan “Umum” cuma biar ada proyekan percetakan *bisik bisik*
betul non… yang berubah jelas.. ada perubahan angka pada rekening di bank pada oknum2 tertentu yang memanfaatkan momentum perubahan dengan cerdasnya 🙂
ga sadar ternyata saya bagian dari cerita mas albert….dan baru nyadar juga, iyah …yah bedanya apa?ganti nama, ganti kurikullum, kualitas sama ajah!
@faizal:
Selama ini gak nyadar ya Mas? 🙂
@jojok:
Iya to Mas? 🙂
Kok bisa tau? Ikut mencicipi ya? 😀
Makin banyak projek, pelatihan, mencetak sesuatu akan makin banyak komisi yang diperoleh. Tidak peduli apakah semuanya itu berdaya guna atau tidak. Formulir yang baru di dapat belum habis tahun depan sudah berubah lagi. Yang lama jadi mubajir. Begitu seterusnya. Kapan kita mau maju dan efisien? Kalau komisi aja yg diutamakan. Contoh: dulu ketika saya msh di SD buku2 pelajaran dapat digunakan oleh adik-adik saya. Sekarang tidak begitu lagi dan harus beli lagi yang baru setiap tahun, perbedaannya hanya sedikit. Jadi apa yang baru? Kasihan rakyat.
@Basuki Pramana:
Apa yang bisa kita lakukan ya Dok, untuk ikut mengatasi hal2 seperti ini?